Rabu, 10 April 2013


GARIS PENGARUH KONSTRUKSI RANGKA BATANG (KRB)

Beban-beban yang bekerja pada KRB berupa beban mati, beban hidup, dan beban sementara (beban angin atau beban gempa). Beban hidup adalah satu beban yang bersifat bergerak. Beban-beban bergerak yang sering dijumpai bekerja pada KRB berbentuk struktur jembatan. Beban hidup yang bekerja pada struktur jembatan adalah kendaraan-kendaraan yang berjalan diatas lantai jembatan melalui roda-rodanya. Beban-beban kendaraan tersebut diatas disebut tekanan roda kendaraan (P).
Susunan tekanan roda kendaraan bekerja pada lantai kendaraan selanjutnya melalui gelagar memanjang, melintang, sehingga menjadi beban hidup pada gelagar-gelagar KRB yang pada akhirnya didukung oleh perletakan-perletakan di pangkal jembatan.


Apabila sebuah KRB berupa jembatan bekerja susunan beban hidup seperti pada Gambar 1.2, maka setiap batang pada KRB menerima beban. Gaya-gaya batang akibat beban hidup akan selalu berubah besarnya karena beban hidup tersebut posisinya berubah-ubah. Sehingga sangat sulit menentukan gaya batang yang paling maximum.

·         Contoh soal dan penyelesaian
Contoh no. 1. Sebuah KRB dengan bentuk dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar 1.3. dibawah ini.

Ditanyakan : - Gambar grafik Garis pengaruh-garis pengaruh reaksi RA, RB.
- Grafik garis pengaruh gaya-gaya batang A2, B3, D3 dan V3  

a. 



b. 







Penyelesaian :
§  Garis pengaruh reaksi perletakan di A (RA) dan di B (RB).
Garis pengaruh (G.p). RA.
Untuk mencari besarnya RA akibat beban P = 1t berjalan diatas bentang AB, dimisalkan posisi P = 1t berjarak xm dari A dengan menggunakan SMB = 0, maka RA dapat ditentukan yang besarnya
Disini terlihat bahwa besarnya RA tergantung dari besarnya harga x dan berubah secara liniair.
x semakin besar, RA bertambah kecil
x semakin kecil, RA bertambah besar
untuk  x = 0  à  RA = 1t
untuk x =  l   à  RA = 0t
Dari besaran-besaran RA pada posisi-posisi P = 1t tertentu, maka garis pengaruh RA dapat digambar. Dengan jalan yang sama untuk gambar garis pengaruh RB (Gambar 1.3.a dan 1.3.b).

§  Garis Pengaruh Gaya-Gaya Batang pada KRB
Untuk mencari besarnya gaya-gaya batang akibat beban P = 1t  berjalan dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode antara lain : keseimbangan titik simpul, potongan (Ritter), atau yang lainnya, pilihlah yang termudah perhitungannya.

§  Garis Pengaruh Gaya Batang A2
Beban P = 1t berjalan berjarak xm dari A

Ditinjau potongan I-I centrum kekuatan batang Az berada di titik simpul II dengan menggunakan  SMII  =  0  (ditinjau   sebelah  kiri   potongan  I-I)   (Gambar 1.4.a) 
RA . 2 l - P (2l - x) + A2 . h = 0.
x berlalu mulai titik A s/d titik simpul II
Bila ditinjau sebelah kanan potongan I-I
SMII=0 .       RB.4l + A2 h = 0
                   




Dari dua peninjuan besarnya gaya batang A2 adalah sama yaitu :
 , akan tetapi cara yang terakhir perhitungannya lebih mudah dari pada cara yang pertama. Jadi dapat disimpulkan : menentukan gaya batang dengan metode potongan, perhitungannya lebih  mudah :

-          Bila P = 1t berada sebelah kiri potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kanan.
-          Bila P = 1t berada sebelah kanan potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kiri.
Beban P = 1t berjarak xm dari A dan berada sebelah kanan potongan I-I.
S MII = 0     (ditinjau sebelah kiri potongan I-I : Gambar 1.4.b)
                        RA . 2l + A2 . h = 0 

             

Persamaan GP . A2       
                                         
Dari 2 persamaan GP. A2 diatas menunjukkan bahwa A2 maximum terjadi pada posisi P = 1t berjarak x = 2l dari A, yaitu pada titik simpul II (centrum kekuatan batang A2). Jadi grafik GP. A2 berbentuk segitiga dengan puncak di bawah centrumnya (Gambar 1.3.c).



§  Garis Pengaruh Gaya Batang B3
Batang B3 mempunyai kondisi yang sama dengan batang A2 pada KRB Gambar 1.3 sehingga bentuk grafik GP. B3 akan serupa dengan bentuk grafik GP. A2 yaitu berbentuk segitiga dengan puncak dibawah centrum kekuatan batang B3 (titik simpul III). Gaya batang B3 max terjadi pada posisi P = 1t berada dibawah titik simpul III.


P = 1t di titik simpul III à RA = ½ t         ;   RB = ½ t



Gambar 1.5.
Lihat Gambar 1.5, P = 1t terletak di sebelah kanan potongan I-I, maka untuk mempermudah perhitungan gaya batang B3 ditinjau sebelah kiri potongan I-I :
S MIII = 0.   RA . 3l - B3 . h = 0
            
Grafik G.P. B3 lihat gambar 1.3.d.
§  Garis Pengaruh Gaya Batang D3
Batang D3 mempunyai kondisi yang tidak sama dengan batang-batang A2 dan B3 (batang horizontal). Batang D3 merupakan batang diagonal. Gaya batang D3 akan lebih mudah ditentukan dengan menggunakan metode potongan memakai SV = 0.
Dari perhitungan gaya-gaya batang A2 dan B3 ternyata gaya batang maximum terdapat pada P = 1t terletak di titik-titik simpul terdekat dengan potongan I-I sehingga hasil tersebut diatas dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan gaya batang maximum D3. Ditinjau dari potongan I-I jelas bahwa gaya-gaya batang maximum akan terletak pada P = 1t di titik simpul II dan III.


Gambar 1.6

Ternyata gaya batang D3 mempunyai 2 harga yang berbeda tandanya artinya, akibat P =1t berjalan, gaya batang D3 dapat berupa batang tarik atau batang tekan tergantung posisi beban P, sehingga terdapat satu titik perubahan gaya batang D3, dari gaya batang tarik menjadi gaya batang tekan, titik perubahan tersebut terletak di daerah potongan I-I atau antara titik simpul II dan III. Jadi grafik garis pengaruh gaya batang D3 merupakan 2 segitiga dengan puncak di bawah titik-titik simpul II dan III (Gb. 1.3.e).

§  Garis Pengaruh Gaya Batang V3
Pada Gambar 1.3 batang V3 adalah batang vertical, dan bertemu tegak lurus dengan batang-batang bawah yang horizontal di titik simpul III. Melihat posisi batang V3 tersebut, metode yang paling mudah untuk menentukan gaya batang V3 adalah metode keseimbangan titik simpul. Dengan keseimbangan titik simpul III memakai SV = 0, maka gaya batang V3 dapat ditentukan. Gaya batang V3 mempunyai besaran bila di titik simpul III bekerja gaya vertical. Agar ada gaya dititik simpul III, maka gaya harus bekerja di daerah antara titik simpul II dan titik simpul IV. Apabila di daerah tersebut tidak ada gaya maka besarnya gaya batang V3 = 0. Ditinjau  P = 1t berjalan dari titik simpul II ke titik simpul IV melalui titik simpul III (Gambar 1.7).


 


Dengan cara yang sama, bila P = 1t berjalan diantara titik simpul III dan IV. Jadi grafik garis pengaruh gaya batang V3 merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik simpul III dengan alas dibawah titik simpul II sampai dengan titik simpul IV (Gambar : 1.3.f).

§  Garis Pengaruh Gaya Batang V2
Pada Gambar 1.3 batang V2 adalah batang vertical dan bertemu tegak lurus dengan batang-batang atas yang horizontal di titik simpul IX. Batang Vini kondisinya serupa dengan batang V3. Ditinjau P =1t berjalan di bentang jembatan AB melalui titik-titik simpul I, II, III, IV dan V. Dan titik-titik simpul VI, VII, VIII, IX, dan X tidak pernah dilalui oleh P = 1t.
Batang V2, ujung-ujungnya terletak pada titik-titik simpul II dan IX. Untuk menentukan gaya batang V2 akan lebih mudah ditinjau pada titik simpul IX dengan menggunakan SV = 0. Oleh karena titik simpul IX tidak pernah dilalui oleh beban P = 1t berjalan sepanjang gelagar AB, maka gaya batang Vz = 0 pada setiap posisi beban P = 1t pada gelagar AB.
Jadi gambar grafik garis pengaruh gaya batang V2 = 0 sepanjang gelagar AB (Gambar : 1.3.g).

Sumber       : USULAN HIBAH PENGAJARAN ( TPSDP - PROJECT) ITS
Oleh            : Djoko Irawan
Tahun         : 2004
Penerbit      : ITS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar